Rabu, 24 Februari 2010

PostHeaderIcon Hutan antara Manfaat dan Kerusakan

Disampaikan Pada Sosialisasi Pengelolaan Lingkungan Pondok Pesantren Di Beberapa Pesantren Di Kabupaten Bondowoso, Tahun 2005
Tak berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa hutan adalah sebuah berkah bagi kehidupan, ini mengingat fungsi hutan yang begitu banyak dan penting bagi kehidupan di bumi ini. Namun sayangnya, hingga saat ini, fungsi hutan lebih sering dilihat secara ekonomis terutama dari hasil kayunya. Padahal masih banyak keuntungan lain dari hutan yang bila dikuantifikasikan dalam rupiah, akan memberi gambaran betapa mahal dan berharganya hutan.
Paru-Paru Bumi

Tumbuhan di hutan, melalui mekanisme fotosintesis dapat menyerap karbondioksida (CO2). Karbondioksida dalam jumlah besar di bumi mengancam kehidupan manusia, karena zat tersebut memiliki sifat menyerap energi panas dari radiasi sinar infra merah yang dipancarkan matahari.
Akibatnya energi panas terakumulasi menyebabkan kenaikan suhu muka bumi yang menyebabkan mencairnya es di kutub, sehingga muka air laut mengalami kenaikan. Kenaikan muka air laut menjadi sebuah ancaman terhadap daerah-daerah pesisir.
Fungsi Resapan
Hutan, iklim dan air memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Sebagaimana diketahui, bahwa di Pulau Jawa, sekitar 80 % air hujan jatuh pada musim penghujan dan 20 % sisanya di musim kemarau. Karenanya, sistem penyimpanan air selama musim hujan menjadi hal yang sangat penting, yaitu untuk mengoptimalkan penyerapan air hujan tersebut ke tanah sehingga kemudian dapat menjadi cadangan selama musim kemarau.
Hutan memiliki fungsi penting dalam penyimpanan cadangan air. Akar-akar pepohonan yang tumbuh di hutan dapat menyimpan air. Demikian pula dengan serasah yang menutup tanah hutan, serasah tersebut berfungsi sebagai penahan air hujan dan dilepaskan perlahan-lahan.
Buruknya sistem penyimpanan air, yang di sebabkan oleh minimnya luas hutan mengakibatkan 80 % air hujan yang turun di musim hujan tidak terserap secara optimal ke dalam tanah dan mengalir sebagai aliran permukaan (surface run off) dan akhirnya mengalir ke sungai, lalu ke laut.
Pencegah Erosi dan Longsor
Perakaran dari tanaman keras yang tumbuh di hutan dapat menahan tanah di daerah berkemiringan sehingga daerah tersebut terhindar dari kelongsoran. Serasah dan semak-semak yang tumbuh di hutan juga dapat menahan lapisan tanah bagian atas sehingga tidak tergerus oleh aliran permukaan dan dapat dicegah terjadinya erosi. Ini adalah salah satu fungsi penting dari hutan, mengingat bila erosi terjadi, berarti butiran tanah terbawa aliran permukaan dan akhirnya masuk ke sungai, dan akhirnya kekeruhan air sungai akan meningkat.
Sungai berair keruh, selain secara estetis tidak indah dipandang, juga akan menyulitkan pengolahan (bila air sungai tersebut dijadikan air baku air minum). Yang sangat berbahaya adalah bila kekeruhan pada tingkat tertentu sehingga menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam sungai, phitoplankton yang ada di dalam sungai menjadi terhambat pertumbuhannya dan akhirnya mati. Bila polulasi phitoplankton berkurang, berarti berkurang pula suplay makanan bagi ikan dan akhirnya sampai pada suatu tahap dimana sungai tersebut hanya dapat dihuni jenis-jenis ikan tertentu saja yang memiliki daya tahan tinggi.
Fakta-fakta berkurangnya luasan hutan
Kondisi hutan dari tahun-ke tahun semakin memprihatinkan. Di Pulau Jawa, Pada tahun 1997 tercatat luasan hutan masih sekitar 18 % wilayah, namun pada tahun 2000 telah berkurang menjadi 15 % saja. Bahkan data Badan Planologi Departemen Kehutanan menyebutkan bahwa pada periode 1999/2000 luas hutan di Pulau Jawa hanya tinggal 4 % saja dari luas wilayah. Padahal menurut Undang-undang nomor 41 tentang Kehutanan, luas hutan seharusnya 30 % dari luas wilayah.
Mengingat begitu pentingnya hutan dalam mendukung kehidupan maka perlu kiranya suatu usaha penyelamatan terhadap hutan yang tersisa dan penghutanan kembali hutan yang telah rusak (atau digunakan untuk kegiatan-kegiatan non hutan).

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger

Pengikut